Ulasan Bahan Baja Anti Karat

I. APA YANG MEMBUAT SEBUAH BAJA BERPERFORMA?

Yu Kita simak Ulasan MENGENAI Bahan yg kuat dan tahan Karat
Semoga Brmanfaat 
A. Pendahuluan
Baja adalah jantung sebuah pisau. Pencarian baja bermutu terus berkembang sehingga menghasilkan baja-baja terbaik beberapa tahun ini. Baja sendiri bukanlah satu-satunya faktor bagi sebuah pisau yang baik. Heat treatment, geometri pisau, geometri handle, dan material semuanya mempengaruhi bagaimana sebuah pisau menjadi baik bagi pekerjaan tertentu. Hanya saja beberapa kualitas sangat sulit dinilai dengan mata. Anda tidak bisa menilai heat treatment hanya dengan melihatnya saja, dan anda hanya menebak secara terlatih mengenai bagaimana bagusnya bilah pisau dan geometri handle dapat berfungsi baik.
Berkaitan dengan baja anda dapat membuat daftar lengkap mengenai daftar campurannya, sesuatu yang bisa diukur sehingga kadang lebih memuaskan. Sebagai akibatnya, sangat mudah orang terjebak dalam penekanan yang belebihan terhadap baja itu sendiri. Pisau lebih penting daripada bajanya, dan hal penting ini jangan pernah dilupakan. Dan lagi baja-baja modern sangat berkualitas, sehingga keputusan-keputusan mengenai pisau didasarkan atas faktor-faktor lain daripada perbedaan-perbedaan tipis kualitas baja. Sering kali muncul pertanyaan tentang “apakah baja yang paling bagus” atau “coba buat urutan baja-baja ini dari yang paling bagus ke yang paling jelek”. Jawabannya tidak pernah benar-benar akurat, karena tergantung dari tugas yang akan diemban oleh pisaunya, geometri bilah pisau, dan kualitas heat treatment, apa yang “terbaik” dan apa yang “paling jelek” bisa sangat beragam. Jika anda ingin mengambil keputusan terpelajar tentang baja, cobalah belajar mengenai kandungan baja dan jadikan itu sebagai titik tolak.
B. Mengasah Demi Performa
Itu tidak berarti bahwa hal yang terbaik tidak diperoleh dari pemilihan baja yang tepat untuk tugas tertentu. Malah kenyataannya memilih baja justru mempengaruhi performa sebuah pisau. Tetapi untuk meningkatkan kualitas sebuah baja tertentu, anda perlu mengambil kesempatan dari kualitas baja itu dalam perencanaan mengasah. Jika sebuah baja yang lemah dan getas dapat berperforma baik pada 25 derajat tiap sisi, maka sebuah baja yang kuat dan tangguh bisa ditingkatkan sedikit kualitasnya jika dia juga diasah pada 25 derajat tiap sisi. Hanya saja untuk sungguh-sungguh bisa meningkatkan kualitas baja yang lebih baik, mengapa tidak menurunkannya sedikit ke 20 derajat tiap sisi, atau malah kurang lagi.
Keuntungan dari baja yang lebih baik adalah dia cukup kuat dan tangguh menahan sudut ketajaman yang kecil – dan derajat ketajaman yang lebih kecil akan mengalahkan sudut derajat ketajaman yang lebih besar. Sangat mudah mengambil keuntungan peningkatan kualitas daya potong tertentu dengan mengurangi 5 derajat dari sudut pengasahan anda.
Ini membawa kita pada satu hukum umum:
Untuk sungguh-sungguh bisa melihat kelebihan baja yang lebih bagus, eksploitasi baja tersebut dalam program pengasahan anda. Jika anda mengasah semua pisau anda dengan sudut yang sama, maka anda mengabaikan pemilihan baja yang anda tentukan.
Di internet, saya sering melihat seseorang posting mengenai keinginan meng-upgrade pisau lipat ATS-34 mereka ke jenis lain yang menggunakan S30V, dan dalam posting yang berbeda, mereka menyatakan bahwa mereka mengasah semua pisau mereka pada 20 derajat tiap sisi. Kenapa harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk S30V, hanya untuk mendapatkan keuntungan wear resistance yang sedikit lebih baik tapi tidak mempertimbangkan keuntungan performa lainnya? Jika seorang pengguna yang sama mengambil keuntungan dari kelebihan S30V yang jauh lebih tangguh dan menurunkan sudut ketajaman menjadi 15 derajat tiap sisi, maka mereka akan melihat lompatan besar dalam daya potong, bersamaan dengan wear resistance yang lebih baik. Karena dengan memilih sudut pengasahan yang benar, maka pisau S30V yang lebih mahal akan memberikan nilai investasi yang lebih besar.
C. Desain Demi Performa
Dalam bagian pembahasan di atas, kita menggarisbawahi apa yang dapat dilakukan pengguna untuk menonjolkan performa terbaik dalam sebuah baja yang berperforma tinggi. Namun pengguna hanyalah mendapat setengahnya, sekarang kita akan melihat apa yang bisa dilakukan oleh pembuat pisau dengan baja berperforma lebih tinggi. Dengan bergesernya pembuat pisau dari satu baja ke baja lainnya, kadang lebih mungkin memodifikasi desain pisau tertentu untuk mengambil keuntungan dari baja yang lebih baru, dan meningkatkan performanya. Semisal, bisa saja membuat sebuah pisau tactical / utility yang bisa digunakan dengan keras dari ATS-34. Untuk memastikan bahwa ATS-34 bisa melewati stress dalam lingkungan seperti itu, maka edge bisa dibuat agak lebih tebal (mengorbankan daya potong), atau menurunkan sedikit kekerasannya (mengorbankan kekuatan dan wear resistance), atau malah keduanya. Jika pembuat yang sama beralih ke baja S30V yang lebih tangguh, ia dapat menipiskan edge, menipiskan seluruh bilah pisau, dan menaikkan kekerasannya, sehingga menambah keseluruhan performa pisau tersebut. Bergerak ke arah 5160 yang di-temper diferensial memungkinkan pembuat pisau melakukan perubahan profil lebih jauh lagi demi performa.
Bila kita bicara tentang fighter (salah satu kategori model pisau), bergeser dari 1095 ke 3V memungkinkan pembuatnya untuk menghasilkan pisau yang lebih tipis, ringan, dan cepat, sementara secara signifikan meningkatkan daya potong dan mempertahankan integritas ketajaman. Jadi untuk sungguh-sungguh mengambil keuntungan dari baja-baja yang lebih berperforma tinggi, kita ingin pembuat pisaunya menyesuaikan desain pisaunya sesuai bajanya, di mana menurutnya perlu.
Jika seorang pembuat pisau menawarkan pisau yang sama dalam berbagai baja, maka tanyakan karakteristik dalam setiap bajanya, tanyakan bagaimananya dan kenapanya di mana desain berubah untuk mengakomodasi setiap baja yang ditawarkan. Ingat akan ada saja alasan yang bagus sehingga seorang pembuat pisau tidak mengubah profil bilah pisau meskipun bajanya telah berubah. Bisa jadi dia sangat khusus menguasai heat treatment baja tertentu atau lainnya, sehingga perbedaan kecil di antara baja tersebut bisa diminimalisasi.
Bisa jadi juga baja berkualitas yang lebih baik tidak tersedia dalam ketebalan yang diharapkan. Mungkin juga daripada daya potong yang lebih tinggi, sang pembuat lebih memilih daya potong yang sama namun dengan pisau yang dapat lebih bisa menerima penggunaan kasar. Mungkin saja pelanggannya cenderung hanya membeli pisau yang tebal tanpa memperhatikan performa. Jadi bekerjasamalah dengan pembuatnya untuk memahami pilihan yang diputuskan berkaitan dengan berbagai jenis baja yang ditawarkan. Jika anda mengerti jenis performa yang anda inginkan, anda akan dapat membuat pilihan yang bijak.
D. Kandungan Baja Yang Baik
Apa yang sebenarnya kita cari dalam sebuah jenis baja? Apa yang kita cari adalah kekuatan, ketangguhan/keuletan, wear resistance, dan kemampuan menjaga ketajaman. Kadang kita juga mencari ketahanan terhadap bercak (stainless).
1.  Wear resistance adalah kemampuan untuk menahan abrasi.
Secara umum, jumlah, jenis, dan distribusi carbida di dalam bajalah yang menentukan wear resistance.
2.   Kekuatan: Kemampuan menerima beban tanpa terjadi perubahan bentuk secara permanen.
Bagi banyak tugas, kekuatan sangatlah penting. Kadang sesuatu yang sangat keras harus dipotong, atau terdapat stress lateral yang terjadi pada edge, kekuatan menjadi faktor kritikal. Pada baja, kekuatan berhubungan langsung dengan kekerasan – makin keras sebuah baja, makin kuatlah dia. Ingatlah saat kekerasan Rockwell digunakan untuk mengukur kekerasan pada baja, maka kekerasan matriks bajalah yang diukur, bukan carbida. Karenanya, bisa jadi baja yang lebih empuk, baja yang lemah (yang terukur rendah pada skala Rockwell) justru memiliki wear resistance lebih baik daripada baja yang lebih keras. S60V, meski pada 56Rc, masih memiliki carbida yang lebih banyak dan lebih keras dibanding ATS-34 pada kekerasan 60Rc, sehingga S60V lebih wear resistance, sementara ATS-34 akan lebih kuat.
3.   Keuletan: Kemampuan untuk menerima benturan tanpa kerusakan, yang dimaksud seperti gompal, retak, dst.
Keuletan sangat jelas penting untuk tugas-tugas menetak, namun juga penting pada saat pisau membentur ketidakmurnian bahan yang dipotong (semisal, kardus, yang kadang memiliki ketidakmurnian menetap). Pembuat pisau akan membuat tawar menawar antara kekuatan versus keuletan. Secara umum, di dalam rentang kekerasan di mana baja akan berperforma baik, karena pada saat kekerasan berkembang, kekuatan juga berkembang, tetapi keuletan justru turun. Hal ini tidak selamanya serta-merta benar, tapi secara umum dapat dianggap hukum.
Sebagai tambahan, bisa saja bagi formula heat treatment yang berbeda menghasilkan baja dengan kekerasan yang sama, tetapi dengan properti seperti keuletan, wear resistance, ketahanan terhadap bercak, secara jelas tetap baik.
4.  Stain resistance (ketahanan bercak / karat): Kemampuan untuk menghadapi karat (oksidasi).
Secara jelas, properti ini akan sangat menolong dalam kondisi lingkungan korosif seperti air laut. Tambahan lagi, beberapa jenis material mengandung asam (semisal, beberapa jenis makanan), dan mikro oksidasi akan bisa menyebabkan hilangnya ketajaman pada bagian terkecil dari edge dalam jangka waktu tertentu. Dalam baja-baja pisau stainless, kemampuan menahan karat sangat dipengaruhi oleh chromium bebas — yaitu, chromium yang tidak diikat oleh carbida. Sehingga, semakin banyak chromium terikat di dalam carbida, semakin sedikitlah chromium bebas, yang berarti semakin wear resistance namun semakin kurang tahan terhadap karat.
5. Edge holding: Kemampuan sebuah pisau mempertahankan ketajaman.
Banyak orang berbuat kesalahan dengan berpikir bahwa wear resistance dan edge holding adalah hal yang sama. Namun sebenarnya tidak; atau tepatnya, tidak selalu. Edge holding sangat berorientasi kerja. Yaitu, edge holding adalah fungsi dari wear resistance, kekuatan, dan keuletan. Tetapi tugas yang berbeda menuntut properti edge holding yang berbeda. Contoh, memotong kardus, keuletan menjadi sangat penting, karena gompal mikro kadang menjadi alasan rontoknya ketajaman. Mengupas kayu yang sangat keras, kekuatan menjadi sangat penting untuk edge-holding, karena alasan utama degradasi ketajaman adalah edge rolling dan benturan. Wear resistance akan menjadi sangat penting untuk edge holding pada saat memotong material yang sangat abrasif seperti karpet. Dan bagi banyak tugas, di mana material penghasil karat disentuh (seperti menyiapkan makanan), karat akan mempengaruhi ketajaman secara cepat, sehingga kemampuan menahan karat juga memainkan peranan juga.
Ada beberapa properti lain yang secara jelas mempengaruhi bagaimana sebuah baja berperforma dengan baik:
1. Kemampuan menjadi tajam:
Beberapa baja kelihatannya akan lebih tajam ketimbang baja lain, meskipun diasah dengan cara yang sama. Baja yang memiliki butiran lebih halus kelihatannya akan mudah ditajamkan sampai mengerikan daripada baja yang memiliki butiran lebih kasar, dan hal ini tentu saja sangat mempengaruhi performa. Menambahkan sedikit vanadium adalah cara termudah untuk menghasilkan baja yang lebih berbutir halus. Sebagai tambahan, tujuan utama proses penempaan adalah untuk menghasilkan baja dengan butiran yang lebih halus. Sehingga, pemilihan baja, dan cara penanganan baja, keduanya dapat mempengaruhi daya potong.
2.  Proses pabrikan:
Baja yang lebih bersih dan lebih murni, akan lebih baik ketimbang baja yang kotor dan tidak murni. Baja yang lebih bersih biasanya akan lebih kuat dan ulet, karena sangat sedikitnya pencemaran. Proses berkualitas tinggi yang digunakan untuk menghasilkan baja yang berperforma tinggi biasanya melibatkan proses Argon / Oxygen / Dekarburisasi (AOD), dan untuk menghasilkan baja yang lebih murni lagi, dilakukan proses Pencairan Induksi Vakum / Pencairan ulang Vakum Arc (VIM/VAR), kadang juga disebut sebagai double vacuum melting atau vacuum re-melting.
3.  Edge toothiness:
Beberapa baja kadang memotong lebih agresif bahkan saat dipoles halus. Bagi baja-baja ini, meski mereka dipoles untuk push-cutting, carbida mereka membentuk semacam “gerigi mikro” dan memotong sangat agresif.
E. Apakah “baja terbaik”
Memahami properti-properti ini akan membawa anda mulai mengerti baja secara mendasar dan bagaimana pemilihan baja dapat mempengaruhi performa. Saya sering mendapati orang bertanya, “apakah baja terbaik”? Jawabannya lebih banyak tergantung pada untuk apa kegunaan baja tersebut, dan bagaimana dia di-heat treating, sehinga jawabannya tidak akan pernah bisa akurat.
Bagi pecinta pisau, sangat layak untuk meluangkan waktu memahami properti baja — hanya dengan demikianlah ia dapat mengerti apakah “baja terbaik” bagi kebutuhannya. Secara keseluruhan, anda akan bisa melihat bagaimana properti ini menentukan baja yang anda pilih. Kita pakai S60V dan ATS-34 lagi sebagai kasus, kelihatannya ada perasaan bahwa S60V lebih “bagus” dibanding ATS-34. Namun S60V kadang dibiarkan sangat lembek, sekitar 55-56Rc, untuk mengimbangi sangat kurangnya keuletan. Meskipun dia sangat lembek, melimpahnya carbida vanadium yang terdistribusi baik membuat S60V jauh lebih wear resistance dibanding ATS-34, dengan tingkat keuletan yang lumayan. Namun demikian, apakah berarti S60V lebih “bagus” dibanding ATS-34? Banyak pengguna menemukan bahwa edge rolling dan benturan menjadi penyebab utama rontoknya ketajaman dalam penggunaan sehari-hari. Bagi para pengguna tersebut, meski S60V lebih wear resitant, S60V juga lembek dan lemah sehingga mereka menemukan wear-resistant yang lebih baik dengan ATS-34. Para pengguna S60V juga dapat membuat edge yang lebih tebal (menaikkan sudut pengasahan) untuk menaruh metal lebih banyak di belakang edge untuk membuatnya lebih kokoh, namun sekarang S60V akan menderita kerugian daya potong yang besar berhadapan dengan ketajaman ATS-34 yang lebih tipis.
Jadi, hukum umum berikutnya adalah:
Mengetahui kegunaan sebuah pisau, dan bagaimana persisnya penggunaan tersebut dapat menyebabkan degradasi ketajaman, akan memungkinkan anda membuat keputusan untuk memilih baja yang lebih baik, jika saja anda memahami properti baja.
Kandungan berbagai jenis baja akan dideskripsikan di bawah. Tetapi dalam upaya anda mencari baja “terbaik” untuk kebutuhan anda, saya selalu mengusulkan anda menanyakan kepada pembuat pisaunya berkaitan dengan baja yang akan mereka gunakan. Pembuat pisau biasanya mengetahui baja mana yang akan beperforma terbaik. Dan sebagaimana ditekankan di atas, heat treatment sangatlah penting dalam memunculkan hal terbaik dari suatu baja. Seorang pembuat yang sangat menguasai satu jenis baja (semisal Bob Dozier dengan D2-nya) mampu menghasilkan baja yang sangat cocok untuk berbagai aplikasi berbeda. Jadi jangan hanya berpatokan pada tabel dan kandungan, yakinkan juga apa yang bisa dilakukan pembuat pisau dengan baja tersebut. Joe Talmadge

III. Elemen2 Sebuah Baja

Secara sangat sederhana, baja adalah besi yang ditambahkan carbon ke dalamnya. Campuran lainnya ditambahkan untuk membuat baja berperforma berbeda. Inilah baja campuran dalam urutan alfabet, dan beberapa contoh baja yang mengandung campuran tersebut:
Carbon:
Terdapat dalam semua baja, dialah elemen terpenting yang membuat keras. Carbon juga menambah kekuatan baja, namun menambahkannya secara terisolasi, mengurangi keuletan. Kita biasanya menginkan baja yang grade – pisau untuk memiliki carbon >0,5%, yang membuatnya menjadi baja “berkarbon tinggi”
Chromium:
Ditambahkan untuk wear resistance, kemampuan dikeraskan, dan (yang terpenting) untuk ketahanan terhadap karat. Sebuah baja dengan setidaknya 13% chromium biasanya dianggap sebagai baja stainless, meski definisi lainnya mengatakan bahwa 11,5% chromium “bebas” (beda dengan yang terikat di dalam carbida) cukup untuk menyebut sebuah baja sebagai stainless. Apapun namanya, semua baja akan berkarat jika tidak dirawat semestinya. Menambahkan chromium dalam jumlah banyak akan menurunkan keuletan. Chromium adalah pembentuk carbida, itulah sebabnya dia mengembangkan wear resistance.
Manganese:
Sebuah elemen yang penting. Mangaan membantu struktur butiran, dan menyumbang terhadap kemampuan untuk dikeraskan. Juga kekuatan dan wear resistance. Meningkatkan kualitas baja (semisal, deoksidasi) selama proses pabrikan (proses panas dan penggulungan). Hadir dalam hampir semua baja kecuali A-2, L-6, dan CPM 420V.
Molybdenum:
Sebuah pembentuk carbida, mencegah kegetasan dan menjaga kekuatan baja dalam temperatur tinggi. Hadir dalam banyak jenis baja, dan baja keras di udara (air hardening steel) semisal, A-2, ATS-34 selalu memiliki 1% atau lebih molybdenum—molybdenum lah yang membuat baja-baja tersebut mampu mengeras menggunakan udara.
Nickel:
Menambahkan keuletan. Hadir dalam L-6 dan AUS-6 dan AUS-8. Nickel dipercaya luas juga memainkan peran penting dalam kemampuan menghadapi karat, tapi nampaknya hal ini kurang tepat.
Phosphorus:
Hadir dalam jumlah kecil pada sejumlah baja, phophorus sebenarnya adalah sebuah pencemar yang mengurangi keuletan.
Silicon:
Menyumbang terhadap kekuatan. Seperti layaknya mangaan, ia membuat baja lebih baik dalam proses pabrikan.
Sulfur:
Sebenarnya tidak terlalu diharapkan kehadirannya dalam baja alat potong, sulfur menambah kemudahan dalam proses permesinan namun mengurangi keuletan.
Tungsten:
Sebuah pembentuk carbida, dia menambahkan wear resistance. Saat dikombinasikan tepat dengan chromium atau molybdenum, tungsten akan menghasilkan baja berkecepatan-tinggi. Baja berkecepatan-tinggi M-2 memiliki sejumlah besar tungsten. Pembentuk carbida paling kuat setelah vanadium.
Vanadium:
Menyumbang kepada wear resistance dan kemampuan untuk dikeraskan, dan sebagai pembentuk carbida (faktanya, carbida vanadium adalah carbida paling keras) menyumbang kepada wear resistance. Ia juga memperbaiki butiran baja, yang menyumbang terhadap keuletan dan memungkinkan sebuah baja menjadi sangat tajam. Sejumlah baja memiliki vanadium, namun M-2, Vascowear, dan CPM T440V dan 420V (dalam urutan jumlah yang berkurang) memiliki vanadium yang banyak. Perbedaan besar antara BG-42 dengan ATS-34 adalah ditambahkannya vanadium.

IV. BAJA

A. Baja Non-stainless (carbon, alloy, dan baja perkakas):
Baja-baja ini adalah baja-baja yang paling banyak ditempa. Baja stainless bisa saja ditempa (Sean McWilliams menempa stainless), tetapi sangat sulit. Tambahan lagi, baja carbon dapat di-temper sebagian, untuk menghasilkan ketajaman yang bertahan lama dan punggung pisau yang ulet. Baja stainless tidak bisa diperlakukan demikian. Memang baja carbon akan lebih cepat berkarat dibanding stainless, dalam derajat tertentu. Baja karbon juga kadang agak lebih sedikit yang jelek daripada baja stainless — saya yakin semua baja yang disebut di bawah ini akan berperforma cukup baik saat di-heat treament dengan tepat.
Dalam sistem penamaan AISI, 10xx adalah baja karbon, baja lainnya adalah baja2 alloy. Semisal, seri 50xx adalah baja2 chromium.
Dalam sistem penamaan SAE, baja dengan penggunaan huruf (semisal W-2, A-2) adalah baja perkakas.
Terdapat pula sistem klasifikasi ASM, namun sangat jarang terlihat dalam diskusi mengenai baja alat potong, jadi saya abaikan dulu sekarang.
Kadang angka terakhir dari nama-nama baja sangat mendekati kandungan carbon baja tersebut. Jadi 1095 mengandung ~,95%. 52100 adalah ~1,0% karbon. 5160 adalah ~,60% Karbon.
D-2
D-2 kadang disebut semi stainless. Ia cukup memiliki kandungan chromium tinggi (12%) namun kurang cukup tinggi untuk mengklasifikasikannya sebagai baja stainless. Tetapi cukup tahan bercak dibanding baja carbon yang disebut di atas.
Memiliki wear resistance yang sangat bagus. D-2 juga jauh lebih tangguh dibanding baja premium seperti ATS-34, namun masih tidak setangguh baja-baja non-stainless yang disebutkan di sini. Kombinasi antara wear resistance yang bagus, semi stainless, dan ketangguhan yang cukup membuatnya menjadi pilihan terbaik untuk beberapa model pisau. Bob Dozier adalah pembuat pisau yang menggunakan D-2. Benchmade juga menggunakan D-2 dalam Axis AFCK.
M-2
Sebuah baja “kecepatan tinggi”, ia dapat menahan temper-nya bahkan pada suhu yang sangat tinggi, seperti layaknya dalam penggunaan pada industri pemotongan yang melibatkan suhu sangat tinggi. Dia agak lebih ulet, dan agak lebih wear resistant dibanding D-2. Namun M-2 sangat mudah berkarat. Benchmade juga menggunakan M-2 dalam salah satu varian AFCK 710 mereka.
A-2
Baja keras – di udara yang sangat baik, dia lebih ulet dari D-2 dan M-2, namun dengan wear resistance yang lebih kecil. Sebagai baja yang dikeraskan udara, jangan berharap dia bisa di-diferensial temper. Keuletannya yang bagus membuatnya menjadi pilihan yang lumrah untuk pisau combat. Chris Reeve dan Phil Hartsfield keduanya menggunakan A-2.
O-1 . 
Ini adalah baja yang populer di kalangan penempa, karena dia memiliki reputasi sebagai “pemaaf”. O-1 adalah baja yang sangat baik, yang akan menerima dan mempertahankan ketajaman sangat hebat, dia juga ulet (walaupun tidak seulet katakanlah, 5160). Dia juga mudah berkarat. Randall Knives menggunakan O-1, demikian pula Mad Dog Knives.
W-2
Cukup ulet dan mempertahankan ketajaman dengan baik dikarenakan adanya kandungan 0,2% vanadium.
Kebanyakan kikir dibuat dari W-1, yang sama dengan W-2 kecuali karena adanya kandungan vanadium (W-1 tidak mengandung vanadium)
Seri 10xx—1095 (dan juga 1084, 1070, 1060, 1050, dll).
Banyak yang menggunakan seri 10xx sebagai bahan untuk pembuatan alat potong, meski 1095 adalah yang paling populer untuk bahan pisau. Saat anda melihat berurutan dari 1095-1050, anda secara umum melihat dari yang banyak carbon ke yang sedikit carbon, dari yang lebih wear resistant ke yang kurang wear resistant, dan dari yang ulet, lebih ulet dan sangat ulet. Sehingga anda bisa melihat, 1060 dan 1050, kadang digunakan untuk pedang.
Untuk pisau, 1095 sudah menjadi semacam baja karbon “standar”, tidak terlalu mahal dan berperforma baik. Dia cukup ulet dan mempertahankan ketajaman dengan baik, serta mudah diasah. Dia juga mudah berkarat. Ini adalah jenis baja sederhana, di mana hanya mengandung dua elemen campuran: ,95% karbon dan ,4% mangaan. Berbagai jenis Ka-Bar menggunakan 1095 dengan lapisan hitam.
Carbon V
Carbon V adalah merek dagang yang digunakan Cold Steel, dan tidak mengartikan sebagai sebuah jenis baja khusus tertentu; malah bisa jadi apa saja yang kebetulan digunakan oleh Cold Steel, dan ada indikasi mereka mengubah penggunaan baja dari waktu ke waktu. Carbon V berperforma antara 1095 dan O-1, menurut pendapat saya, dan juga mudah berkarat seperti O-1.
Saya mendengar gosip bahwa Carbon V adalah O-1 (yang saya pikir tidak demikian) atau 1095. Beberapa pihak dalam industri menekankan bahwa itu adalah 0170-6. Sebuah tes yang dilakukan seorang pengamat pisau menunjukkan arah kepada 50100-B. Dan karena 50100-B dan 0170-6 adalah baja yang sama (lihat di bawah), kelihatannya ini lebih pas sebagai Carbon V.
0170-6/50100-B
Ini adalah penamaan yang berbeda untuk baja yang sama: 0170-6 adalah klasifikasi dari pembuat baja, sementara 50100-B adalah penamaan AISI. Sebuah baja chrome-vanadium yang baik yang hampir sama dengan O-1, tetapi jauh lebih murah.
Pisau-pisau Blackjack beberapa menggunakan 0170-6, dan Carbon V bisa jadi 0170-6. 50100 pada dasarnya adalah 52100 dengan sekitar 1/3 chromium 52100, dan B dalam 50100-B menandakan bahwa baja tersebut telah dimodifikasi dengan vanadium, menjadikannya sebagai baja chrome-vanadium.
L-6
Sebuah bahan gergaji baja (band saw) yang sangat ulet dan mempertahankan ketajaman dengan baik, namun mudah berkarat. Seperti O-1, L-6 adalah baja yang sangat memaafkan bagi para penempa. Jika anda bersedia mengimbanginya dengan perawatan, ini mungkin salah satu baja terbaik untuk alat potong, terutama saat keuletan sangat diharapkan.
Dalam sebuah polling lewat email terhadap para pembuat pisau di sekitar tahun 1990-an, saat ditanyakan baja apa yang akan digunakan oleh mereka sebagai pisau pribadi, L-6 muncul sebagai pilihan teratas.
5160
Sebuah baja yang populer di kalangan penempa, dia juga populer untuk berbagai jenis pisau, namun biasanya untuk pisau-pisau besar yang sangat menuntut keuletan. Sesungguhnya dia adalah baja pegas/per yang sederhana dengan tambahan chromium untuk peningkatan kekerasan. Dia memiliki wear resistance yang baik, tapi lebih dikenal karena keuletannya yang luar biasa. Baja ini berperforma baik dalam rentang kekerasan yang cukup luas, menunjukkan keuletan luar biasa dalam kekerasan rendah sekitar 50Rc untuk pedang, dan dikeraskan mendekati 60Rc untuk pisau-pisau yang lebih membutuhkan ketahanan ketajaman.
52100
Sebelumnya adalah bola baja, dan yang pada awalnya hanya digunakan oleh para penempa, saat ini sudah tersedia dalam bentuk lembaran kecil. Dia sama dengan 5160 (meski memiliki sekitar 1% karbon vs 5160 ~,60), namun mempertahankan ketajaman lebih baik. Agak kurang ulet dibanding 5160. Dia kadang digunakan untuk pisau berburu dan pisau lain di mana penggunanya rela melepaskan keuletan 5160 untuk mendapatkan wear resistance yang lebih baik.
Namun peningkatan perkembangan heat treatment makin menunjukkan keuletan 52100 dalam pisau-pisau besar. 52100 yang dimodifikasi pernah digunakan Jerry Busse dalam produksi berbudget rendahnya, dan pisau-pisau berperforma tinggi yang dihasilkan Ed Fowler sangat menekankan kehebatan 52100.
CPM10V
Produk dari Crucible yang cukup tahan bercak, memberikan wear resistance yang luar bisa dengan keuletan setara D-2. Ini adalah pilihan yang sangat tepat saat menginginkan wear resistance maksimum, tetapi tidak keuletan super.
CPM 3V
3V milik CPM memberikan wear resistance yang sangat baik dan juga tahan bercak, meski saat dia akhirnya berkarat, dia akan mendesak masuk bukannya cuma karat di permukaan. Saat keuletan maksimum diinginkan, dengan wear resitance yang sangat baik, maka 3V adalah pilihan terbaik.
INFI
INFI saat ini hanya digunakan oleh Jerry Busse. Di tempat yang harusnya berisi carbon (INFI mengandung ,5% carbon), INFI memiliki nitrogen. Hasilnya adalah sebuah baja non-stainless yang setidaknya sangat tahan bercak (secara tidak formal dilaporkan mendekati D-2, atau malah lebih baik lagi), sangat ulet luar biasa untuk sebuah baja ingot bercampuran tinggi, dan dengan wear resistance yang sangat baik.
Vascowear
Sebuah baja yang sangat sulit ditemukan dengan kandungan vanadium yang tinggi. Sangat sulit dikerjakan dan sangat wear resistant. Saat ini sudah tidak diproduksi lagi. Joe Talmadge

B. Baja Stainless

Ingat bahwa semua baja bisa berkarat. Namun baja-baja berikut ini, dengan kelebihan mereka akan chromium > 13%, akan lebih baik bertahan terhadap karat dibanding baja-baja yang disebut di atas. Saya akan menekankan bahwa nampaknya belum ada kesepakatan mengenai seberapa persentase chromium untuk dapat menganggap sebuah baja sebagai stainless.
Dalam industri alat potong, standar de-facto adalah 13%, tetapi ASM Metal Handbook mengatakan “lebih dari 10%”, dan buku lain menyatakan angka lainnya. Mungkin akan lebih masuk akal jika kita mengukur ketahanan terhadap bercak melalui jumlah chromium bebas (chromium yang tidak terikat carbida), karena chromium bebas lah yang membentuk chromium oksida di atas permukaan pisau yang memberikan ketahanan terhadap bercak.
Elemen-elemen campuran memiliki pengaruh kuat pada jumlah chromium yang diperlukan; chromium yang rendah dengan elemen-elemen campuran yang tepat tetap dapat memperoleh performa stainless. Karena beberapa baja stainless tertentu di-heat treating pada kekerasan dalam rentang yang sama (semisal, 440C biasanyasekitar 57Rc, ATS-34 sekitar 59-61Rc, S60V terdapat konsensus pada sekitar 56Rc, dll) bahkan oleh pabrik, maka lebih mudah untuk memberikan gambaran umum mengenai performa yang akan kita peroleh dari perbedaan kelas baja stainless, tanpa menimbulkan terlalu banyak ketidakakuratan.
Harap dicatat, bahwa tindakan mengelompokkan baja berbeda di dalam kelas-kelas memang sangat menyederhanakan, dan beberapa dari baja ini mungkin lebih pas masuk di antara kelasnya sendiri, dan kelas berikutnya (atau malah kelas sebelumnya).
Tambahan lagi, heat treatment yang baik dapat meningkatkan performa sebuah baja secara signifikan.
Catatan terakhir: tidak semua orang setuju dengan pengelompokkan yang saya buat di sini.

Berikut adalah kategori baja stainless:

1.     420 dan 420J mewakili baja stainless terendah.
Mereka sangat tahan bercak, dan ulet karena sangat lembek. Namun mereka sangat lemah, dan sangat tidak wear resistant. Pokoknya, wajar bahwa baja-baja ini akan kehilangan ketajaman mereka sangat cepat melalui gesekan dan benturan. Mereka digunakan dalam pisau-pisau yang sangat murah karena kemudahannya di dalam proses pengerjaan oleh mesin.
2.  440A dan teman-temannya, 425M, 420HC, 12C27 dan 6A adalah kelompok berikutnya.
Mereka ini dapat dikeraskan lebih dari kelompok sebelumnya, untuk menghasilkan kekuatan yang lebih, dan mereka lebih wear resistant, meski wear resitance sampai pada batas gampang diterima. 440A dan 12C27 adalah pemimpin kelompok ini, dengan heat treatment yang solid mereka akan berperforma baik.
12C27 dikatakan lebih murni dan dapat berperforma sangat baik saat di-heat treatment dengan semestinya.
6A mengikuti dua baja sebelumnya, meski terdapat kandungan vanadium di dalamnya, dia juga dapat diasah dengan sangat tajam.
425M dan 420HC mengikuti sisanya, meski 420HC dengan versi carbon tingginya bisa bersaing dengan kelompok berikut ini.
3.   Gin-1, ATS-55, 8A, dan 440C ada dalam kelompok berikut.
Baja-baja ini biasanya lebih kuat daripada kelompok sebelumnya, dan lebih wear resistant. Secara umum, mereka memiliki ketahanan terhadap bercak yang sangat baik, meski ATS-55 menonjol di sini sebagai tidak terlalu tahan bercak.
8A juga layak disebut di sini, dengan kandungan vanadium, dia dapat diasah dengan sangat tajam, namun ia juga yang terlemah dan kurang wear resistant dalam kelompok ini.
4.   ATS-34/154CM, VG-10, dan S60V ada dalam kelompok berikutnya.
Sulit membuat generalisasi tentang ATS-34 dan 154CM, mereka digunakan secara luas dan di-heat treatment secara luas pula. Baja-baja ini secara luas dijadikan tolok ukur baja stainless papan atas, dan mempertahankan ketajaman dengan baik, dan cukup kuat dalam berbagai jenis penggunaan (walaupun tidak sejajar dengan dengan baja non-stainless yang bagus). Tetapi mereka tidak terlalu tahan bercak.
VG-10 dapat dianggap seperti ATS-34 dan 154CM, namun dengan segala sesuatunya lebih baik sedikit. Dia agak sedikit tahan bercak, lebih ulet, dan mempertahankan ketajaman sedikit lebih baik. Dan VG-10 mengandung vanadium di dalamnya, butirannya halus dan paling tajam di kelasnya.
S60V memiliki wear resistance terbaik jauh di dalam kelasnya, meski ada konsensus bahwa dia harus memiliki kekerasan yang sama dengan 440C (sekitar 56Rc), yang berarti dia relatif lemah dibanding ATS-34, 154CM, dan VG-10, dan karenanya akan kehilangan ketajaman dengan cepat saat kekuatan diperlukan. S60V adalah pemenang di sini saat ketahan terhadap gesekan murni lebih dipentingkan daripada kekuatan edge.
5.   BG-42, S90V, dan S30V mewakili kelompok berikutnya.
BG-42 memiliki wear resistance lebih baik daripada baja-baja di kelompok sebelumnya kecuali S60V. BG-42 lebih ulet dari ATS-34, dan lebih tahan bercak. Wear resistance-nya mencapai tahap di mana dia sulit diasah. S90V mewakili yang terhebat soal wear resistance dalam semua baja yang telah dibahas sejauh ini. Juga lebih ulet daripada ATS-34, dan lebih tahan bercak. Namun bisa sangat sulit memberikan ketajaman kepadanya. Lumayan sulit juga untuk dikerjakan sehingga lebih banyak digunakan secara eksklusif dalam pisau custom, bukan pisau produksi.
Dalam keputusan anda dalam membeli, anda harus memperhitungkan kesulitan untuk mengasah baja-baja ini. S30V memang tertinggal soal wear resistance dibanding S90V, tetapi secara signifikan lebih ulet dan lebih mudah diasah. S90V lebih wear resistant daripada BG-42. Namun keduanya BG-42 dan S90V sedikit lebih keras (dan kuat) daripada S30V.

Berikut adalah detail baja2:

420
Kandungan karbon yang rendah (<,5%) dibanding seri 440 membuat baja ini sangat lembek, dan sangat kurang baik dalam mempertahankan ketajaman. Biasanya digunakan dalam pisau menyelam, karena sangat tahan terhadap karat. Juga digunakan untuk pisau-pisau sangat murah. Selain penggunaan di perairan asin, ia sangat lembek untuk dijadikan sebagai pisau utility.
420HC
420 yang dimodifikasi dengan tambahan sedikit carbon, secara kasar sebanding dengan 440A.
440A-440B-440C
Kandungan carbon (dan kemampuan dikeraskan) dari kelompok baja stainless ini meningkat berurutan dari A (,75%) ke B (,9%) dan C (1,2%). 440C adalah stainless steel bagus, yang biasanya dikeraskan sekitar 56-58Rc, sangat ulet dan cukup baik mempertahankan ketajaman dalam kekerasan seperti itu. 440C adalah raja baja stainless dalam dunia pisau pada tahun 1980-an, sebelum ATS-34 mengambil posisinya pada tahun 1990-an. Ketiganya menahan karat dengan baik, dengan 440A sebagai yang terbaik, dan 440C yang paling kurang. SOG Seal 2000 menggunakan 440A, dan Randall menggunakan 440B untuk pisau-pisau berbaja stainless mereka. 440C cukup seimbang, dan secara umum dianggap baja stainless yang umumnya baik, lebih ulet dan lebih tahan bercak daripada ATS-34 namun dengan kemampuan menahan tajam yang lebih rendah dan lebih lemah. Apabila pisau anda hanya ditandai “440”, kemungkinan ia adalah 440A yang jauh lebih murah; jika sebuah pabrik menggunakan 440C, mereka pasti ingin mempromosikannya.
Secara umum bahwa 440A (dan baja sejenis, lihat di bawah) cukup lumayan untuk penggunaan sehari-hari, utamanya dengan heat treatment yang baik (kami mendengar laporan yang baik mengenai pisau-pisau 440A dari SOG, tidak diketahui siapa yang mengerjakannya untuk mereka). 440-B berperforma solid sementara 440-C sangat baik.
425M-12C27
Keduanya sangat mirip dengan 440A. 425M (0,5% carbon) digunakan oleh pisau-pisau Buck. 12C27 (0,6% Carbon) adalah sebuah baja Scandinavia yang banyak digunakan untuk pisau puuko Finlandia dan pisau-pisau Norwegia. 12C27 dilaporkan berperforma sangat baik saat di heat treating dengan hati-hati, disebabkan oleh tingginya kemurnian. Bila dikerjakan dengan benar, dia bisa jadi pilihan yang sedikit lebih baik dari 440A dan setaranya.
AUS-6; AUS-8; AUS-10 (alias 6A, 8A, 10A)
Baja stainless Jepang yang secara kasar setara dengan kandungan carbon 440A (AUS-6, .65% carbon) dan 440B (AUS-8, .75% carbon) dan 440C (AUS-10, 1.1% carbon). AUS-6 digunakan oleh Al Mar, dan bersaing dengan baja kelas rendah seperti 420J. Penggunaan AUS-8 dalam produk-produk Cold Steel membuatnya populer, seperti yang di-heat treating oleh Cold Steel maka ia tidak akan mempertahankan ketajaman seperti ATS-34, namun agak sedikit lembek (dan karenanya lemah) namun ulet.
8A adalah pesaing di baja kelas menengah seperti ATS-55 dan Gin-1. AUS0-10 kasarnya mengandung carbon yang sama dengan 440C namun dengan chromium yang lebih sedikit, maka ia akan agak kurang tahan karat mungkin agak sedikit ulet daripada 440C. Ia bersaing dengan baja yang berkelas lebih tinggi seperti ATS-34 dan di atasnya. Ketiga baja tersebut memiliki tambahan vanadium (yang kebetulan tidak dimiliki seri 440), yang akan meningkatkan wear resistance dan memperbaiki butiran yang keduanya baik untuk keuletan, dan kemampuan untuk ditajamkan sampai maksimal. Banyak orang melaporkan bahwa mereka sanggup menajamkan baja-baja yang mengandung vanadium seperti 8A lebih daripada baja-baja yang tidak mengandung vanadium seperti ATS-34.
Gin-1 alias G-2
Sebuah baja dengan agak kurang sedikit carbon, agak lebih sedikit chromium, dan banyak berkurang molybdenum daripada ATS-34, dulunya sering digunakan oleh Spyderco dalam pisau-pisau mereka yang kurang mahal. Sejak itu Spyderco beralih ke ATS-55 dan 8A, namun sekarang Benchmade menggunakan Gin-1 dalam pisau-pisau mereka yang murah. Sebuah baja stainless yang sangat baik, dengan sedikit kurang wear resistance dan kekuatan dibanding ATS-34.
ATS-34; 154CM
ATS-34 adalah baja papan atas paling hot di era 1990-an. 154CM adalah versi Amerikanya, tetapi dalam waktu yang lama tidak diproduksi sesuai dengan standar mutu yang tinggi seperti yang diharapkan pembuat pisau, sehingga para pembuat pisau beralih ke ATS-34. CPM membuat lagi 154CM yang berkualitas tinggi, dan beberapa perusahaan yang memilih bertahan pada produk Amerika (seperti Microtech) menggunakan baja ini.
ATS-34 adalah produk Hitachi yang sangat-sangat mirip dengan 154CM. Biasanya dikeraskan sampai sekitar 60Rc, ia mempertahankan ketajaman dengan sangat baik dan cukup ulet bahkan pada kekerasan setinggi itu. Tidak setahan karat seperti seri 400 di atas. Banyak pembuat pisau custom menggunakan ATS-34, dan Spyderco (dalam produksi pisau papan atas mereka) serta Benchmade adalah sebagian dari produsen pisau yang menggunakannya. Berlawanan dengan anggapan umum, kedua baja tersebut diproduksi menggunakan proses Argon/Oxygen/Decarburization, dan bukan vacuum remelted.
ATS-55
Sama dengan ATS-34, namun dengan dibuangnya molybdenum dan ditambahkannya elemen lainnya. Ini adalah baja alat potong yang baik namun ada satu level di bawah ATS-34 dan pesaing terdekatnya (baja lainnya di kelas ATS-55 mungkin adalah Gin-1 dan AUS-8). Dengan dihilangkannya molybdenum, ATS-55 nampaknya tidak akan mempertahankan ketajaman seperti ATS-34, dan dilaporkan juga agak sedikit kurang tahan terhadap karat. Dugaan saya dengan hilangnya molybdenum, makin banyak chromium terikat dalam carbida — yang berarti makin sedikit chromium bebas untuk ketahanan karat, dan carbida chromium yang lebih lembek menggantikan carbida molybdenum untuk kurangnya wear resistance.
VG-10
Salah satu baja stainless papan atas yang mengandung vanadium. Dikarenakan kandungan vanadium, VG-10 dapat ditajamkan sangat hebat, seperti layaknya baja vanadium lainnya semisal BG-42 dan AUS-8. VG-10 juga lebih ulet dan lebih tahan karat dibanding ATS-34, dan nampak mempertahankan ketajaman lebih baik.
BG-42
BG-42 sesungguhnya mirip ATS-34, dengan dua perbedaan utama: Ia memiliki dua kali lipat mangaan daripada ATS-34, dan memiliki 1,2% vanadium (ATS-34 tidak memiliki vanadium), sehingga berharaplah untuk kemampuan mempertahankan ketajaman yang lebih baik ketimbang ATS-34. Tambahan vanadium dan proses pabrikan yang lebih bersih (VIM/VAR) juga memberikan BG-42 keuletan lebih daripada ATS-34. Chris Reeve beralih ke BG-42 untuk Sebenza-nya, namun sekarang berpindah kepada S30V.
S60V (CPM T440V); S90V (CPM T420V)
Dua buah baja yang mempertahankan ketajaman dengan sangat menakjubkan, kemampuan mempertahankan ketajaman kelas dunia, tetapi di awalnya justru sangat sulit meletakkan ketajaman di sana. Baja-baja ini dibuat dengan proses particle metallurgi dari Crucible, dan proses tersebut memungkinkan baja-baja ini dikemas dengan lebih banyak campuran daripada yang dimungkinkan oleh pembuatan baja tradisional pabrikan. Kedua baja terakhir sangat banyak mengandung vanadium, yang menjadi faktor penentu kemampuan wear resistance mereka yang luar biasa. Spyderco paling tidak menawarkan satu model yang menggunakan CPM S60V. Spyderco, sebagai pengguna utama S60V, telah mengurangi kekerasan sampai serendah 55-56Rc, dalam rangka untuk mempertahankan keuletan yang wajar, namun hal itu mengorbankan kekuatan jadi selalu ada tarik menarik. S90V adalah lanjutan CPM terhadap 440V, dan dengan chromium sedikit kurang dan hampir dua kali lipat vanadium, lebih wear resistant daripada S60V—dan kenyataannya, bisa jadi lebih wear resistant dibanding semua baja stainless yang digunakan oleh industri alat potong. Kelihatannya S90V setaraf dengan baja seperti BG-42 sebagai baja-baja stainless terbaik di antara baja-baja yang umum digunakan oleh industri alat potong; namun S90V lebih sulit dikerjakan dan lebih mahal daripada BG-42, maka saat ini tetap berada di alam para pembuat pisau custom.
CPM S30V
Baja terbaru dari Crucible, sengaja didesain sebagai baja alat potong. Baja ini memberikan keuletan A-2 dan hampir sekelas dengan kemampuan wear resistance S90V, dengan kekerasan wajar (~59-60Rc). Kombinasi atribut ini membuat S30V salah satu baja stainless terpopuler, dengan beralihnya pembuat pisau seperti Chris Reeve dari BG-42 kepada S30V. Apakah baja ini akan jadi raja alat potong penggunaan umum? Kita akan mengetahuinya beberapa tahun ke depan.
400 Seri Stainless
Sebelum Cold Steel beralih ke AUS-8, banyak produk stainless mereka dipasarkan sebagai “stainless seri 400”. Perusahaan pisau lainnya mulai menggunakan istilah yang sama. Apakah sesungguhnya stainless seri 400? Saya selalu membayangkan itu adalah 440A, namun tidak ada yang menghalangi perusahaan-perusahaan tersebut untuk menggunakan baja 4xx, seperti 420 atau 425M, dan menyebutnya stainless seri 400. Joe Talmadge

C. Baja Damaskus (lihat www.dfoggknives.com untuk lebih detail)

Baja damaskus dibuat dengan melakukan las – tempa terhadap dua atau lebih metal berbeda (biasanya baja). Lempengan dipanaskan dan dilas; untuk mendapatkan gambaran prosesnya, lihat URL yang dicantumkan Don Fogg dalam bibliografinya. Damaskus kemudian di-etching menggunakan asam. Metal berbeda akan di-etching dengan kecepatan berbeda, dan kedalaman serta kontrasnya akan keluar. Damaskus dapat dibuat dengan/dan tujuan performa atau atau keindahan semata. Secara keindahan, pemilihan material sangatlah penting. Satu baja yang bercahaya dan satu baja yang gelap setelah etching akan mengeluarkan pola yang sangat menonjol. Bila pembuatnya lebih menginginkan keindahan daripada performa, ia dapat saja memilih nikel, yang sangat terang namun tidak akan berperforma bagus dalam aplikasi alat potong. Faktor lain yang mempengaruhi keindahan adalah tentunya pola pengelasannya. Banyak pola damaskus tersedia hari ini, dari pola acak, bintang, sampai tangga, dan masih banyak lagi.
Baja2 berikut akan menghasilkan garis2 terang:
–   L-6 dan 15N20 (versi L-6 dari Swedia) — kandungan nikel
–   O-1—kandungan chromium
–   ASTM 203 E – kandungan nikel
–   Nikel
Baja2 berikut akan menghasilkan garis gelap:
– 1095
– 1084
–  5160
–  52100
–  W-2
D. Non-Baja Yang Digunakan Sebagai Alat Potong
– Talonite-Stellite 6K-Boye Dendritic Cobalt (BDC)
Campuran cobalt ini memiliki wear resistance yang sangat luar biasa, dan praktis tahan karat. Stellite 6K sempat beredar beberapa tahun, tetapi sangat mahal dan sangat sulit dikerjakan, sehingga sangat jarang terlihat. Talonite lebih mudah dikerjakan, sehingga nampak lebih populer, khususnya bagi para pembeli pisau di internet. David Boye menggunakan proses casting untuk menghasilkan Boye Dendritic Cobalt.
Bahan ini sangat ulet dan sangat wear resistance, namun relatif lemah. Material-material ini sebenarnya adalah carbida yang sangat keras yang digantung dalam matrix yang sangat lembek (40Rc), yang memberinya wear resistance yang bagus namun kekurangan kekuatan kerja.
–  Titanium
Campuran titanium terbaru bisa dikeraskan mendekati 50Rc, dan dengan kekerasan seperti itu nampaknya bisa mendekati ketajaman yang berguna. Dia sangat-sangat tahan karat, dan non-magnetik pula. Populer sebagai pisau selam yang sangat mahal hari-hari ini, karena SEAL menggunakannya sebagai pisau mereka saat bertugas di sekitar ladang ranjau yang digerakkan magnet. Mission menggunakan titanium. Tygrys membuat sebuah pisau dengan tajamnya dari baja yang diapit dua lembar titanium.
– Keramik
Sejumlah pisau ditawarkan dengan menggunakan bahan keramik. Biasanya pisau tersebut sangat-sangat getas, dan tidak bisa diasah oleh pemakainya; namun pisau-pisau tersebut cukup mampu menahan ketajaman. Boker dan Kyocera membuat pisau dari keramik jenis ini. Kevin McClung menghasilkan pisau dengan komposit keramik yang lebih ulet dari keramik sebelumnya, cukup kuat untuk bertahan sebagai pisau dalam berbagai penggunaan. Ia juga bisa ditajamkan oleh penggunanya, dan mepertahankan ketajaman dengan sangat baik.

Subscribe to receive free email updates: